(Presentasi Bukik Setiawan di Kopdar Guraru dan Penanugerahan Acer Guraru Award 2013)
Seiring dengan perkembangan zaman, mulai dari zaman agraris,
industri, informasi, sampai digital, praktik pendidikan pun mengalami
berbagai perubahan. Tiap zaman memiliki ciri pendidikan masing-masing.
Pada era digital ini, misalnya—manusia memiliki akses terhadap
pengetahuan yang berlimpah. Dampaknya, antara lain, Sumber Daya Alam
yang terbatas dapat diolah menjadi berbagai produk kreatif. Selain itu,
interaksi yang dapat dilakukan di mana pun dan kapan pun menggiring
manusia menuju kolaborasi global.
Makna pembelajaran di masing-masing era pun berbeda. Digital
Immigrant, yang tumbuh sebelum era digital, memaknai kegiatan belajar
sebagai ‘mengetahui’; sementara kaum Digital Native, yang lahir di
tengah kemajuan teknologi, memaknainya sebagai ‘berkreasi’. Perubahan
makna tersebut terjadi seiring dengan terbentuknya beberapa
karakteristik Digital Native, yakni sebagai berikut:
- Bebas, menolak terkekang
- Bermain, bukan hanya bekerja
- Ekspresif, tidak hanya reseptif
- Cepat, enggan menunggu
- Mencari, bukan menunggu instruksi
- Unggah, bukan hanya unduh
- Interaktif, bukan komunikasi searah
- Berkolaborasi, tak hanya berkompetisi
Pembelajaran digital yang berpusat pada anak turut ‘menggeser’ peran
pendidik. Di era digital, pendidik mengawali dengan maju untuk memancing
rasa ingin tahu. Kemudian, pendidik beralih ke samping sebagai teman
mengalami, dan akhirnya mundur untuk memberi apresiasi sepenuh hati.
Dalam presentasinya di Kopdar Guraru 2013, Bukik Setiawan memberi beberapa contoh proyek pendidikan yang mendukung pembelajaran digital. Ia menyebutkan Akademi Khan, sekumpulan video pendidikan yang terstruktur rapi dan berisi kurikulum lengkap pendidikan milik Salman Khan; SOLE, lab pembelajaran di India yang didirikan oleh Sugata Mitra, di mana siswa bebas mengeksplorasi dan belajar dari rekannya menggunakan sumber daya dan proses mentor dari awan (cloud); dan Takita,
sebuah aplikasi media sosial untuk menemukan dan mengembangkan bakat
anak, yang merupakan hasil karya Bukik sendiri bersama timnya.
Sudahkah Guraru berperan sesuai dengan tugas pendidik di era digital? Dengan cara apa saja? Mari Berbagi, Guraru!
Sumber : http://guraru.org/info/transformasi-peran-guru-di-era-pendidikan-digital/
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon Komentar dengan bahasa yang sopan..!!!